gap antar kelompok-penting ga si?
Kemaren malem, saya baru aja nonton the freedom writers--sumpah ni film udah lama banget, tapi saya baru aja nonton.
di film ini baru dibahas suatu sekolah di amerika yang penuh dengan gap antar kelompok. Di sekolah mereka berkelompok-kelompok, berdasarkan warna kulit dan imigran: kulit hitam, kulit putih, latin, kamboja, dan cina. Sebagian besar dari mereka dikucilkan dari pergaulan, dan ta da! saling membenci satu sama lain.
Fenomena ini pasti sering banget ditemuin di sekolah-sekolah, walaupun ga se-ekstrim itu, tapi tetep ada. Kalo di film-film, ya antara anak cheers [yang katanya seksi dan cantik, saya belum pernah bersekolah di sekolah yang ada ekskul cheersnyaa] dan anak science [yang notabene nerd dan gak gaul, oya?]
Begitu juga di sekolah saya yang semimiliter itu. Antara pejabat dan rumput [anak kelas 1 banyak yang stress gara" mikirin ini, dan begitu beranjak ke kelas 2, mereka akan sadar yang mereka pikirin adalah hal ga berguna].
Secara kebetulan, saya masuk ke salah satu ekskul di sana, namanya tonpara, peleton yang saya agung-agungkan persaudaraannya, bahkan sampai sekarang.
Dan saya mengalami sendiri gap antar peleton. Antara Tonpara-PKS-Pataka, dari rebutan adik [untuk menjadi penerus peleton], rebutan RKBB [ruang peleton], sampai macem-macem. Apalagi tonpara adalah peleton yang saklek bangett. Saya nggak bisa menjelaskannya secara detail,, Tapi dulu kita semua pernah berpikir bahwa kita adalah yang terhebat [hha. iya kan? masa sma memang ga ada duanyaaa!!] Berpikir bahwa cara pandang kita adalah yang paling benar, dan sibuk bertanya-tanya, kenapa orang lain nggak ada yang ngerasa hal yang sama kayak kita.
Fiuuhh,, masa-masa itu udah bener-bener lewat yaa.. sekarang udah nggak peduli seperti apa kalo kita ketemu ya ALUMNI TN, bukan tonpara-pks-pataka, atau apapun. dan mulai ketawa-tawa begitu ngenang permusuhan dulu yang sebenarnya nggak perlu.
tapi semua kenangan itulah yang ngebentuk diri kita sekarang,, saya akan tetep kangenn sama semuanya,, kecuali ama permusuhan nggak perlu tadi. sampai sekarang, saya selalu bersyukur pernah jadi bagian itu semua.
Comments